Monday 12 October 2015

Where have You Been?

Langkah-langkah yang gelisah itu, terpantul pada genangan bekas hujan, dalam mimpinya tadi malam. Rasa-rasa sudah lama sekali tidak mendengar percikan itu. Sejenak ia ingin berdiam, mencuri kehangatan kenangan yang belakangan ini menggigil—entah karena apa. Mungkin karena rindu yang tak jua bermuara, atau mungkin karena hati yang masih sama-sama jengah. Lalu, seketika percikan tadi tak lagi bersuara, dan langkah itu mulai kembali  menapaki genangan yang tetap resah, sebab tidak ada satu dari mereka yang sanggup menjawabnya.


Ketika titk-titik masa lalu membiaskan tanya pada ujung jalan ini, sekumpulan prosa seakan tengah melempari bait demi baitnya pada kita. Mendeklarasikan bahwa mereka tak lagi punya makna. Kepada kata tercampakkan dan terlupakan, mereka mulai belajar untuk tidak merasakan apa-apa. Sedang kita hanya menatap datar. Bahkan lebih datar dari kehidupan kita sebelum ini. Tidak mengingat apa-apa, dan tidak perlu mengenang apa-apa. Tapi, anehnya kita sama-sama menyangkal untuk menjadi ahli menyembunyikan rasa. Seperti ada yang menunggu dan ditunggu, seperti ada yang ingin menemukan juga ditemukan. Layaknya harapan pada ujung jalan.

Kadang, sekelebat ide menyusup pada sepersekian detik saat pandangan itu saling bertukar. Ide yang langsung terjun ke lumbung tanya, seakan itulah tujuan awalnya. Sudahkah kita benar-benar mengenal? Lalu, bagaimana dengan memberikan bagian ini sebutan? Semacam julukan yang—mungkin nanti—akan sama-sama kita tertawakan, bagaimana? Dan untuk bagian ini, yang berhasil menjawab adalah sepersekian detik selanjutnya, yang mampu melebur pada riuh hati yang tidak saling tahu. Namun ide layaknya tak kenal jemu, sebab hanya pada setiap sepersekian detik itulah ia bisa bertaruh.

Mencari adalah bagian paling epik dari cerita ini, bukan? Tidak ingin berhenti, layaknya rangkaian kalimat ini. Masih menerka-nerka tentang alasan mengapa semua ini terjadi. Untuk mengetahuinya, mungkin kita bisa saling berlomba, siapa yang pertama berhasil menyusun seluruh puzzle dengan sempurna. Dan sampai saat itu tiba, kita tidak tahu—apakah kisah menunggu dan ditunggu serta menemukan dan ditemukan itu benar-benar ada, apakah pencarian itu benar-benar ada. Untuk yang satu ini saya bisa menjawab, entahlah.


(Pekanbaru, 12102015)

No comments:

Post a Comment