Langkah-langkah yang gelisah itu, terpantul pada
genangan bekas hujan, dalam mimpinya tadi malam. Rasa-rasa sudah lama sekali
tidak mendengar percikan itu. Sejenak ia ingin berdiam, mencuri kehangatan
kenangan yang belakangan ini menggigil—entah karena apa. Mungkin karena rindu yang
tak jua bermuara, atau mungkin karena hati yang masih sama-sama jengah. Lalu,
seketika percikan tadi tak lagi bersuara, dan langkah itu mulai kembali menapaki genangan yang tetap resah, sebab
tidak ada satu dari mereka yang sanggup menjawabnya.
Ketika titk-titik masa lalu membiaskan tanya pada
ujung jalan ini, sekumpulan prosa seakan tengah melempari bait demi baitnya
pada kita. Mendeklarasikan bahwa mereka tak lagi punya makna. Kepada kata
tercampakkan dan terlupakan, mereka mulai belajar untuk tidak merasakan
apa-apa. Sedang kita hanya menatap datar. Bahkan lebih datar dari kehidupan
kita sebelum ini. Tidak mengingat apa-apa, dan tidak perlu mengenang apa-apa.
Tapi, anehnya kita sama-sama menyangkal untuk menjadi ahli menyembunyikan rasa.
Seperti ada yang menunggu dan ditunggu, seperti ada yang ingin menemukan juga
ditemukan. Layaknya harapan pada ujung jalan.
Kadang, sekelebat ide menyusup pada sepersekian
detik saat pandangan itu saling bertukar. Ide yang langsung terjun ke lumbung
tanya, seakan itulah tujuan awalnya. Sudahkah kita benar-benar mengenal? Lalu,
bagaimana dengan memberikan bagian ini sebutan? Semacam julukan yang—mungkin
nanti—akan sama-sama kita tertawakan, bagaimana? Dan untuk bagian ini, yang
berhasil menjawab adalah sepersekian detik selanjutnya, yang mampu melebur pada
riuh hati yang tidak saling tahu. Namun ide layaknya tak kenal jemu, sebab hanya
pada setiap sepersekian detik itulah ia bisa bertaruh.
Mencari adalah bagian paling epik dari cerita ini, bukan?
Tidak ingin berhenti, layaknya rangkaian kalimat ini. Masih menerka-nerka
tentang alasan mengapa semua ini terjadi. Untuk mengetahuinya, mungkin kita
bisa saling berlomba, siapa yang pertama berhasil menyusun seluruh puzzle dengan sempurna. Dan sampai saat
itu tiba, kita tidak tahu—apakah kisah menunggu dan ditunggu serta menemukan
dan ditemukan itu benar-benar ada, apakah pencarian itu benar-benar ada. Untuk
yang satu ini saya bisa menjawab, entahlah.
(Pekanbaru, 12102015)
No comments:
Post a Comment